Tempat duduk tidak banyak cuman disediakan gantungan pegangan (berdiri). Bus Trans Sidoarjo merupakan sumbangan dari Kementerian Perhubungan dan pengelolaannya diserahkan ke DAMRI. Launching pertama sempat di demo oleh kendaraan umum lain yang jalurnya dilewati... tapi dengan rapat dan negoisasi yang intens akhirnya terjadi persetujuan.
Ada beberapa hal (kritikan membangun) untuk kelangsungan BUS TRANS SIDOARJO ini :
1. Kurangnya Halte Bis (lokasi halte satu dengan lainnya terlalu jauh)
2. Fasilitas pemberhentian akhir baik di Porong dan Bungurasih sangat kurang representatif
2. sistem pembayaran yang berupa karcis rawan korupsi.
Ini pengalaman kami ketika naik pertama kali Bis Trans Sidoarjo, dimana harga tiket jauh dekat Rp 5000,- (umum) sedangkan untuk pelajar Rp 1000,-. Ketika sang kondektur (cewek kelihatannya baru dan masih muda-muda) menarik biaya tidak lansung memberikan karcis kepada penumpang. Setelah ditanyakan baru diberi (itupun tidak menyobek karcis baru). Bahkan ketika dikroscek oleh petugas dan ditanyai jumlah penumpang sama jumlah karcis yang dijual kok nggak sama (beda jauh) katanya lupa belum dikasih. JAwaban dari petugas hanya : "Dijual ya karcisnya " ......
Inilah yang terjadi, kalau seperti ini bagaimana bisa maju, biaya mahal dan masih sedikitnya penumpang Trans Sidoarjo bisa mengakibatkan kerugian yang besar. Mereka masih muda saja berani begitu bagaimana selanjutnya ?