31 January, 2011

Siswa SMP Nggak Bisa Matematika

Banyaknya Kemenangan siswa Indonesia di berbagai ajang olimpiade internasional rupanya tak membuat kualitas siswa Indonesia meningkat. Justru sebaliknya, sekitar 76,6 persen siswa setingkat SMP ternyata dinilai ”buta” matematika.

Demikian diungkapkan Iwan Pranoto, pakar matematika dari Institut Teknologi Bandung, dalam diskusi terbatas yang diselenggarakan oleh Ikatan Guru Indonesia, Jumat (28/1/2011). Hadir dalam diskusi yang dilangsungkan di Sekretariat Gerakan Indonesia Mengajar (GIM), antara lain, Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal, Ketua Program GIM Anies Baswedan (tuan rumah), guru besar ITB Bana Kartasasmita, serta sejumlah dosen dan guru.

Menurut dia, dihitung dari skala 6, kemampuan matematika siswa Indonesia hanya berada di level kedua. Ironisnya, lanjut Iwan, kondisi itu bertahan sejak 2003. Artinya, selama tujuh tahun,kondisi itu stagnan alias tak berubah.

"Di sini tampak bahwa siswa Indonesia dengan profisiensi di bawah level dua sangat tinggi, mencapai 76,6 persen dari populasi. Juga tampak, jika dibandingkan dengan 2003, kondisinya hampir tidak berubah. Ini menunjukkan bahwa pengajaran matematika yang sekarang tidak mampu mengangkat ke level dua atau lebih. Pembenahan pendidikan matematika sekolah kita belum berhasil," ujar Iwan dihubungi di Jakarta, Senin.

Menurut Iwan, berdasarkan hasil The Program for International Student Assessment 2010, posisi Indonesia mengenaskan, yaitu hanya juara ketiga dari bawah. Indonesia hanya lebih baik daripada Kirgistan dan Panama. "Berdasarkan penyajian grafik, yang harus diperhatikan bukan posisi Indonesia yang di posisi tiga dari bawah," papar Iwan.

Namun, dia melanjutkan, yang justru merisaukan adalah dua fakta berikut, yaitu persentase siswa Indonesia yang di bawah level kedua sangat besar (76,6 persen) dan persentase siswa yang di level 5 dan 6 secara statistika tidak ada.

Ia menuturkan, menurut definisi level profisiensi matematika dari OECD, siswa di bawah level dua dianggap tidak akan mampu berfungsi efektif di kehidupan abad ke-21. Menurut dia, penyebab utama hasil terburuk ini adalah ketidaksesuaian ekspektasi kebermatematikaan di program pendidikan matematika di Indonesia dan dunia pada abad ke-21.

"Kegiatan bermatematika yang dituntut dunia adalah bermatematika utuh, sedangkan yang dilakukan siswa kita hanyalah parsial. Selain itu, proses belajar matematika di Indonesia masih berpusat pada penyerapan pengetahuan tanpa pemaknaan. Padahal, yang dituntut di dunia global justru berpusat pada pemanfaatan hasil belajar matematika dalam kehidupan, yaitu pemahaman, keterampilan, dan karakter," ungkapnya. (dikutip dari kompas)

BAgaimana Negara Indonesia ini mau maju ? MAtematikanya saja kayak begini.... Ada salah satu yang membuat matematika menjadi momok yaitu sugeti atau sering kali menganggap tidak bisa (baik orang tua maupun orang sekitar bahkan gurunya..)

22 January, 2011

Buka Sekolah Baru...

Dikarenakan perhatian pemerintah baik pusat maupun daerah ke arah pendidikan, maka maklum kalau anggaran baik APBN dan APBD mengarah semua ke pendidikan. Untuk pendidikan wajib belajar 9 tahun disubsidi dengan BOS (SD dan SMP) sedangkan untuk SMA/ SMK sederajat dengan BPOM. Di awal tahun pemeberian BOS ditransfer langsung ke rekening masing-masing sekolah, di Tahun 2011 ini dana BOS dimasukkan ke DAU sehingga yang mengeluarkan nanti APBD daerah. hal ini bisa menimbulkan sedikit permasalahan diantaranya pemberian BOS tidak sama antara daerah satu dengan lainnya dikarenakan kebijakan masing-masing daerah.

Dari berbagai masalah yang terjadi muncul lagi keinginan untuk mendirikan sekolah, baik SD-SMP-SMA/SMK karena terlihat seperti bisnis yang menggiurkan. Lihat saja beberapa tahun belakangan ini, banyak sekali sekolah-sekolah baru, akibatnya seleksi untuk perijinanpun menjadi sangat ketat. Selain Sarana dan Prasarana yang harus terpenuhi dulu, juga ada lai-lain. Persyaratan Kepemilikan tanah dan bangunan yang tidak boleh atas nama pribadi, dan luas yang juga ditentukan (standart mininalnya).

HAl ini sangat berbeda dengan perijinan sebelum ada bantuan dari pemerintah, pada saat itu bahkan nggak ada yang ingin buka sekolah, bangunan sekolah juga jelek.... sekarang orang berebut menikmati kue 20% minimal anggaran APBN. Semoga semua ini tidak membuat pendidikan di INdonesia bertambah mundur dan hancur, akan tetapi lebih termotivasi menjadi lebih baik dan menjadi yang terbaik.

15 January, 2011

Memilih Sekolah dimana..?

Ketika dulu saya melihat sekolah-sekolah yang menawarkan fullday saya merasa kasihan sama anak-anak yang disekolahkan, dan menganggap sekolah fullday merupakan pelarian dari mengasuh anak dari orang tua yang kedua-duanya bekerja. Anak dibuat berangakt pagi danpulang sore hampir sama seperti jam bapak ibunya bekerja sehingga ketika pulang tidak lama kemudian orang tua suda ada di rumah.

tapi lama kelamaan Fullday school menjadi sebuah favorit yang dijalankan di sekolah-sekolah, karena menganggap hasil dari yang diberikan pada siswa akan lebih maksimal. Sekarang ini kartun di televisi juga semakin banyak dan beragama serta ada setiap hari, demikian hiburan lainnya.

Mungkin harapan pendidikan akan menjadi lebih baik kalau dibuat system seperti ini, perlu diingat juga sistem fullday school akan berjalan dengan baik kalau fasilitas sarana dan prasana sudah menunjang sehingga tidak menimbulkan kejenuhan pada siswa. AKhirnya saya menjatuhkan pilihan untuk memasukkan anak saya ke islamic fullday school (fullday school yang islami). Saya menginginkan pintar plus anak yang taat pada agama hingga nanti dewasa.

Jadi pada intinya sebelum mendaftarkan anak ke sekolahan tersebut, carilah artikel, berita atau cerita dari siapa saja tentang pendidikan di sekolah tersebut, jangan asal ikut-ikutan saja. Lihat semua fasilitas yang disediakan.

03 January, 2011

SOlusi Tol Tengah Kota ?

KArena saya hampir setiap hari perjalanan dari Sidoarjo ke Surabaya naik sepeda motor, setidaknya saya mengalami beberapa hal yang saya ketahui, mungkin juga solusi tol Tengah kota yang di gagas Surabaya (walau masyarakat banyak yang nggak setuju)

Kalau saya pikir sih lebih baik yang dibuat melayang rel kereta apinya, karena selain memang ternyata yang membuat macet ketika kereta api jurusan surabaya malang / Jember yang setiap hari melintas. Ketika jam pulang kerja biasanya kereta api melintas 2-3 kali dan kemacetan di daerah pertigaan Bulog (kalau ke timur ke rungkut/ jemur sari dll). Lihat saja ....

Nah ketika Kereta api dibuat melayang, selain kendaraan tidak kena imbas kereta api, keselamaan penyeberang jalan juga lebih terselamatkan, dan juga kecepatan kereta api bisa lebih cepat. Buat saja rel kereta api melayang mulai dari Gubeng sampai Buduran Sidoarjo, kepadatan lalu lintas akan segera terurai. Hmmmm itu deh uneg-uneg saya dari kemarin.... selesai.