Di Propinsi yang notabenenya menjadi tolak ukur pendidikan Indonesia ternyata ada jugapermasalahan tentang pendidikan anak. Puluhan ribu anak usia sekolah di Jatim belum menuntaskan wajib belajar sembilan tahun. Bahkan 20.000-an di antaranya tidak lulus SD.
Kondisi ini memaksa Dinas Pendidikan Jatim bekerja keras memeranginya, “Jelas ini pekerjaan rumah kami. Sebanyak 0,52 persen dari total 4 juta anak usia SD kita tak sekolah,” terang Kepala Bidang Pendidikan TK dan SD Dinas Pendidikan Jawa Timur, Nuryanto, Minggu (21/8/2011).
Banyak faktor yang menyebabkan banyak anak di Jatim tak menamatkan SD. Faktor ekonomi dan kondisi geografis menjadi penyebab. Namun tidak semata - mata karnena faktor biaya ini. “Banyak juga karena karena dipengaruhi kultur budaya daerah,” imbuh Nuryanto.
Beberapa daerah di Madura, Tapal Kuda, dan daerah-daerah pesisir pantai dan pegunungan, kata Nuryanto, mereka masih berpikir tak perlu pendidikan. Apalagi pendidikan dianggapnya tak bisa mengubah kesejahteraan seseorang.
Untuk apa sekolah kalau sudah bisa mencari uang atau bekerja bersama orangtuanya. Mulai dari mencari ikan sampai bercocok tanam. Belum lagi orangtua yang mendapati anaknya terlahir dalam kondisi tak sempurna. Anak luar biasa ini akan dibiarkan tanpa sentuhan pendidikan karena dianggapnya kena kutukan.
“Ini yang berat. Namun sedikit demi sedikit kita terus sosialisasikan pentingnya pendidikan terhadap perkembangan daya pikir dan kreativitas anak. Wajar sembilan tahun harus dituntaskan bersama,” lanjut Nuryanto yang asli Wonogiri.
Saat ini terus diaktifkan program menarik anak usia SD itu kembali ke sekolah. Mereka yang kurang mampu dibantu sepenuhnya, diberi seragam, alat tulis, dan transportasi. “Lagi-lagi, langkah ini tak mudah. Ada yang sudah difasilitasi tapi tak mau kembali ke sekolah,” ungkap Nuriyanto.
No comments:
Post a Comment