09 May, 2007

STRATEGI MEMILIH PERGURUAN TINGGI

SAAT ini, perguruan tinggi, terutama perguruan tinggi swasta (PTS) di Kota Malang sibuk mempromosikan lembaganya untuk menjaring calon mahasiswa baru. Mereka berlomba-lomba menyebarkan brosur dan selebaran, memasang iklan di media cetak, radio dan TV berisi informasi tentang penerimaan mahasiswa baru (maba), beserta program studi dan statusnya, termasuk daftar nama dosennya.

Tidak jarang isi brosur dan selebaran yang mengobral janji bahwa lulusan perguruan tingginya langsung mendapat pekerjaan. Ini suatu strategi promosi yang biasa dilakukan PTS dari zaman ke zaman, agar calon mahasiswa bisa tertarik untuk memilih perguruan tinggi itu.
Strategi dengan menyebarkan brosur merupakan strategi yang umum dilakukan PTS manakala nanti calon mahasiswa tidak semuanya tertampung PTN. Hal ini sangat boleh jadi seluruh rektor PTS Kopertis Wilayah VII (Surya, 8/3/07) merapatkan barisan untuk mendesak PTN agar PTN membatasi kuota penerimaan mahasiswa baru, sehingga PTS tidak kehilangan jatahnya.

Bila PTN sepakat membatasi kuota penerimaan mabanya, maka tinggal terjadi pesaingan antara PTS dalam merebut maba. Di samping terjadi persaingan antara PTS juga terjadi persaingan antara PTS dengan pendidikan pelatihan ketrampilan atau lembaga kursus, yang menawarkan jasanya kepada calon maba.
Dengan begitu banyaknya PTS dan pendidikan pelatihan ketrampilan, tentu tidak mudah bagi calon mahasiswa untuk memilih bahkan sering menimbulkan kebingungan bagi siswa untuk membedakan apakah itu perguruan tinggi atau lembaga kursus.
Menurut UU No: 2 tahun 1989, tentang Pendidikan Nasional, pasal 16, ayat (2) disebutkan bahwa satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan disebut perguruan tinggi, yang dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas.

Di Indonesia terdapat kurang lebih 57 Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan tercatat lebih dari 1.450 Perguruan Tinggi Swasta (PTS). Di Jawa Timur saja tercatat lebih dari 213 PTS. Bahkan dalam satu kota ada beberapa puluh perguruan tinggi, misalnya di Malang memiliki sekitar 43 buah perguruan tinggi (akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut atau universitas).
Persoalan yang memprihatinkan, banyak siswa masuk pendidikan tinggi hanya karena terdorong oleh teman yang sudah ada di perguruan tinggi tersebut (terutama PTS), terdorong karena kemewahan kampus yang serba aduhai, tergiur karena banyak brosur dan selebaran, iklan tanpa mengetahui lebih dekat tentang perguruan tinggi yang akan dimasukinya.

Maka memilih perguruan tinggi, harus jeli dan teliti sesuai dengan cita-cita hati. Tidak mudah percaya kepada manisnya promosi. Langkah awal yang sebaiknya dilakukan oleh calon mahasiswa/orang tuanya adalah mengumpulkan data-data dan informasi tentang perguruan tinggi. Kumpulkan informasi beberapa perguruan tinggi dan pelajari serta bandingkan mana yang paling realistik.
Informasi yang paling baik adalah guru, karena guru dalam memberikan informasi tidak ada kepentingan tertentu. Guru akan memberikan informasi yang lebih objektif dan profesional sesuai dengan panggilan jiwa pendidiknya. Pengalaman empiris bahwa ada beberapa orang yang kecewa karena salah memilih perguruan tinggi.

Informasi penting lain adalah telusuri perguruan tinggi bersangkutan dengan cara datang ke kampus untuk mencocokkan isi promosi tersebut. Misalkan bagaimana sarana dan prasarananya, kinerja layanan, fasilitas laboratorium dll.
Perlengkapan laboratorium praktek pertanian (misalnya anda ingin memilih fakultas pertanian) apakah di lembaga itu memiliki kebun percobaan sendiri? Soal SDM (Sumber Daya Manusia) juga perlu diketahui, misalnya berapa jumlah dosen yang berkualifikasi S3, S2 dan S1 di bidang ilmu tertentu, berapa pula rasio dosen dan mahasiswa?

Dalam menghadapi era yang penuh persaingan di berbagai aspek kehidupan sekarang ini, dosen yang berkualifikasi S1 sudah tidak layak lagi mengajar di perguruan tinggi, namun minimal adalah kualifikasi S2. Mengetahui soal akreditasi program studi/jurusan juga penting. Tujuannya agar calon maba tidak terjebak jika telah lulus dari PT tersebut. (*)

Oleh: Sebastianus Gudat

No comments: