Setelah beberapa minggu lalu test SIM A tidak lulus pada saat test teori, 2 minggu berikutnya saya kembali datang ke Polres Sidoarjo. KArena masih banyak kegiatan akhirnya nyampe disana jam 9 pagi. Setelah menngumpulkan data (surat tanda tak lulus teori) mau menunggu hmmm melihat banyak yang antri, tinggal saja.. tempat test teori hanya 18 bangku lha yang antri 200 orang + ada tambahan dari Brimob.
2 jam berikutnya saya kembali ke Polres untuk mengikuti test SIM A teori bagian kedua. ternyata samapai jam 2 baru dipanggil.. wuiih lama menunggu...kesel juga sih. Tapi diwaktu menunggu ketemu teman lama di dunia kerjaan.. komputer. yang ngobrol ngalor ngidul... tambah ilmu.
Jam 14.15 akhirnya saya masuk tempat test. Seperti biasanya agak tegang juga.. padahal sudah kedua kalinya.... tahu nggak hasilnya... gagal lagi.. soal 30... no 1-5 jawab salah.. katanya 1 menit per soal ternyata detik ngitungnya cuueeepet banget.. baca saja nggak bisa, bagaimana mo mikirnya ? 1 bulan lagi test lagi deh... kasihan...
Oh iya sedikit mo ngasih bocoran sama soal Test SIM A itu apa saja, biasanya banyak yang nggak tahu, maklum nggak belajar dulu sih kayak spongebob (test mengemudi nggak lulus-lulus) Begini tipsnya :
1. Sebelum masuk ruang test, cari keterangan rambu-rambu di tembok sekitar test (kalo di sidoarjo ada di tembok test praktek) pelajari karena 5 soal berasal dari rambu-rambu.
2. Undang-undang tentang kendaraan ... pengendara harus pakai SIM apa untuk kendaraan dengan bobot ..
3. Tanda-tanda Pak Polisi ketika mengatur kendaraan...
4. Siapa yang harus didahulukan dalam mengendara
Jadi soal ujian teori kendaraan berkisar di area situ... cuman kalau waktu benar sih pasti bisa...kadang karena waktunya cepet jadi tegang wkwkwkw. Oh iya total soalnya ada 30 dan harus mendapat nilai 60 untuk lulus jadi sekitar 18 soal harus dijawab dengan benar ( kalo saya kemarin hanya betul 13). Tetap mo nyoba lagi.. JUJUR pasti bisa.....
24 June, 2011
16 June, 2011
Gebyar Seni Kreatif
Hampir sebagian besar sekolah di perkotaan di akhir tahun pasti mengadakan gebyar seni, biasanya acara digabung dengan wisuda kelas atas (kelas akhir). Apa sih yang layak ditampilkan ketika acara ini...? berikut masukan berdasarkan pengalaman saya mengadakan gebyar seni beberapa kali, paling tidak bisa dibuat acuan lah... hehhehe :
1. Usahakan semua yang tampil merupakan asli dari sekolah tersebut : mulai siswa-siswi, guru, karyawan
2. Untuk menyusun acara sebaiknya jangan dimonotonkan terhadap pertunjukkan yang tertib (menari, puisi, lagu dll). jadi diselingi yang lucu... bisa lawakan, tampilan dari siswa berupa drama, pokoknya yang bersifat humor, agar pertunjukkan tidak terlihat membosankan.
3. Ingatlah tamu undangan... usahakan mereka mendapat tempat duduk yang disediakan
4. Test Sound , panggung usahakan 2 jam sebelum acara dimulai sudah oke (kalau dimulai pagi ya usahakan malam hari sudah ok)
YAp segitu dulu aja.. semoga bisa membuat acara perpisahan/ gebyar seni lebih menarik
1. Usahakan semua yang tampil merupakan asli dari sekolah tersebut : mulai siswa-siswi, guru, karyawan
2. Untuk menyusun acara sebaiknya jangan dimonotonkan terhadap pertunjukkan yang tertib (menari, puisi, lagu dll). jadi diselingi yang lucu... bisa lawakan, tampilan dari siswa berupa drama, pokoknya yang bersifat humor, agar pertunjukkan tidak terlihat membosankan.
3. Ingatlah tamu undangan... usahakan mereka mendapat tempat duduk yang disediakan
4. Test Sound , panggung usahakan 2 jam sebelum acara dimulai sudah oke (kalau dimulai pagi ya usahakan malam hari sudah ok)
YAp segitu dulu aja.. semoga bisa membuat acara perpisahan/ gebyar seni lebih menarik
07 June, 2011
Test SIM A
kalau 2 tahun yang lalu test SIM C langsung lulus.... kali ini test SIM A di teori saja nggak lulus.... hari ini tadi saya mengikuti ujian test SIM A (heheheh baru sempat ngurus). Pertama kali kita akan disuruh beli map + fotocopy KTP. Lalu test kesehatan (bayar Rp 20 rb) yang ditest ya melihat tulisan baik jarak jauh maupun dekat tapi warna.
Lulus test ini berikutnya membayar asuransi senilai 30 ribu, baru masuk keloket administrasi di Kepolisian. Lalu kita diberi no urut panggil test teori. disini ini nanti yang test ada SIM C dan SIM A. setelah menunggu giliran akan masuk ujian test SIM A. ruangan dibagi menjadi 2 bagian separo untuk SIM C separo lagi SIM A.
Cara menjawab akan ditunjukkan, dimana tinggal tekan tombol A,B,C dan reset. Soal ada di layar depan. Sebelah kanan untuk SIM A sedangkan kiri untuk SIM C. Setelah penjelasan cara pemakaian tombol dicoba dulu. SOal berjumlah 30 dan setiap soal diberi waktu 1 menit dengan peringatan 30 detik pertama, lalu kurang 10 detik. Tidak boleh menjawab ketika waktu selesai. Perubahan ke soal berikutnya menunggu waktu 5 detik, ingat posisi menunggu ini tidak bisa digunakan untuk menjawab, karena akan muncul kunci jawaban di bawah. Demikian seterusnya.
Untuk soal ada undang-undang lalu lintas 3 soal, rambu 5 soal, lihat posisi 5 soal, polisi mengatur kendaraan 5 soal, berat kendaraan, waduh yang lainnya tadi apa yaa lupa... soalnya cepet sih....
Selesai mengerjakan soal akan ditampilkan berpa nilainya, untuk nilai 60 kebawah tidak bisa lulus (mengikuti ujian 2 minggu lagi) sedangkan yang lulus boleh mengikuti ujian praktek. Nah cerita saya sampai disini... karena sekarang ini saya masih kurang nilainya, karena nilai saya 47. ada 4 soal yang ketika saya menjawab tombol tidak berfungsi... wkwkwk jadi dianggap salah.... tapi seneng deh, karena semua orang menyarankan bayar saja... kalau saya sih coba dulu.... ini pengalaman membuat SIM A, semoga dari pengalaman saya teman-teman sudah siap. Doakan 2 minggu lagi bisa ya...
Lulus test ini berikutnya membayar asuransi senilai 30 ribu, baru masuk keloket administrasi di Kepolisian. Lalu kita diberi no urut panggil test teori. disini ini nanti yang test ada SIM C dan SIM A. setelah menunggu giliran akan masuk ujian test SIM A. ruangan dibagi menjadi 2 bagian separo untuk SIM C separo lagi SIM A.
Cara menjawab akan ditunjukkan, dimana tinggal tekan tombol A,B,C dan reset. Soal ada di layar depan. Sebelah kanan untuk SIM A sedangkan kiri untuk SIM C. Setelah penjelasan cara pemakaian tombol dicoba dulu. SOal berjumlah 30 dan setiap soal diberi waktu 1 menit dengan peringatan 30 detik pertama, lalu kurang 10 detik. Tidak boleh menjawab ketika waktu selesai. Perubahan ke soal berikutnya menunggu waktu 5 detik, ingat posisi menunggu ini tidak bisa digunakan untuk menjawab, karena akan muncul kunci jawaban di bawah. Demikian seterusnya.
Untuk soal ada undang-undang lalu lintas 3 soal, rambu 5 soal, lihat posisi 5 soal, polisi mengatur kendaraan 5 soal, berat kendaraan, waduh yang lainnya tadi apa yaa lupa... soalnya cepet sih....
Selesai mengerjakan soal akan ditampilkan berpa nilainya, untuk nilai 60 kebawah tidak bisa lulus (mengikuti ujian 2 minggu lagi) sedangkan yang lulus boleh mengikuti ujian praktek. Nah cerita saya sampai disini... karena sekarang ini saya masih kurang nilainya, karena nilai saya 47. ada 4 soal yang ketika saya menjawab tombol tidak berfungsi... wkwkwk jadi dianggap salah.... tapi seneng deh, karena semua orang menyarankan bayar saja... kalau saya sih coba dulu.... ini pengalaman membuat SIM A, semoga dari pengalaman saya teman-teman sudah siap. Doakan 2 minggu lagi bisa ya...
05 June, 2011
Pendidikan Tinggi Dimanja Pemerintah
Ini dia yang layak jadi sorotan lagi, dimana Universitas/ Pendidikan Tinggi banyak menarik biaya tinggi e h ternyata malah mendapat jatah dana lebih tinggi dari sekolah dasar, menengah...... hmmmmm gregetan deh....
Perguruan tinggi (PT) di Tanah Air jumlahnya tidak sebanyak sekolah untuk pendidikan dasar, namun jumlah anggaran yang diterima dua kali lebih banyak. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menilai, hal itu menodai rasa keadilan bagi pendidikan dasar.
Dalam keterangan tertulis Fitra yang diterima detikcom, Minggu (5/6/2011) menyebut, dari kebijakan anggaran Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2011, Kemendiknas lebih mengutamakan pendidikan tinggi daripada pendidikan dasar, menengah atau pendidikan anak usia dini, non formal, dan informal.
"Ini terlihat pada tahun anggaran 2011 ini. Di mana, Kemendiknas mengalokasi anggaran paling tinggi anggaran kepada satuan kerja Ditjen Pendidikan Tinggi sebesar Rp 28 triliun," ujar Koordinator Investigasi dan Advokasi Uchok sky khadafi.
Sebagai perbandingan, untuk Ditjen Pendidikan Dasar dialokasikan Rp 12 triliun, Ditjen Pendidikan Menengah dialokasikan Rp 5 triliun dan Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, non formal, dan informal sebesar Rp 2,9 trilun.
"Alokasi anggaran untuk Ditjen Pendidikan Tinggi sebesar Rp 28 triliun terlalu besar dan mengorbankan Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah yang hanya menerima anggaran sebesar Rp 20 triliun. Padahal, untuk mendidik manusia yang cerdas dan berkarakter yang bermoral dan kebangsaan harus dimulai dari pendidikan dasar dan menengah bukan dari pendidikan tinggi," kritik Uchok.
Begitu tingginya anggaran untuk PT, menurut Fitra, telah menodai rasa keadilan bagi pendidikan dasar dan menengah. Hal ini dikarenakan jumlah PT di Indonesia yang masih sedikit, dan masih bisa dihitung dengan jari untuk setiap provinsi.
Selain itu, jumlah mahasiswa seluruh Indonesia sebanyak 4,8 juta orang saja. Sedangkan di level pendidikan dasar dan menengah, jumlah siswanya lebih banyak. Jumlah siswa SD saja berjumlah 27.384.329 orang, siswa SMP sebanyak 8.980.429 orang, dan siswa SMA sebanyak 3.857,245 orang. Untuk SMK, siswanya sejumlah 3.094.051 orang.
"Kalau siswa SD, SMP, SMA, dan SMK dijumlah, maka jumlah seluruh siswanya sebanyak 43.316.054 siswa," terang Uchok.
Fitra berpendapat, dengan kebijakan anggaran seperti ini, artinya pemerintah telah menelantarkan pendidikan dasar dan menengah, dan memanjakan PT. Padahal seharusnya pemerintah memprioritas guru-guru yang ada di tingkat pendidikan dasar dan menengah untuk bersekolah lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan agar para guru lebih cerdas dalam memberikan pelajaran kepada siswa.
Untuk realisasi atau penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan yang diberikan kepada SD dan SMP, lanjut Uchok, Kemendiknas tidak memiliki data-data yang akurat terkait kebutuhan setiap sekolah setiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat misalnya dari
sekolah minta komputer, tetapi Kemendiknas malah memberikan peta bumi.
Lalu ada juga sekolah yang berulang-ulang menerima bantuan DAK dari Kemendiknas, tetapi ada juga sekolah yang belum pernah menerima bantuan DAK. Bagi Fitra, kondisi ini sangat ironis. Padahal, alokasi anggaran DAK pada 2011 cukup besar, yakni sekitar Rp 10 triliun. Dari anggaran itu, jenjang SD/SDLB menerima DAK sebesar 80% atau Rp 8 triliun, dan jenjang SMP menerima DAK sebesar 20% atau Rp 2 triliun.
"Seknas Fitra meminta kepada Komisi X DPR, ketika melakukan rapat kerja dengan Kemendiknas agar meminta data-data yang akurat kepada Kemendiknas baik berupa ketika dalam proses perencanaan maupun dalam realisasi anggaran DAK pendidikan," kata Uchok.
Fitra berharap alokasi anggaran untuk PT diturunkan dan untuk pendidikan dasar-menengah dinaikkan. Kemendiknas pun diharapkan lebih transparan dalam penyaluran DAK.
Ayo kita kawal pendidikan bangsa... jangan sampai ikut terkena korupsi juga... bahasa nich masa depan anak cucu kita nanti...
Perguruan tinggi (PT) di Tanah Air jumlahnya tidak sebanyak sekolah untuk pendidikan dasar, namun jumlah anggaran yang diterima dua kali lebih banyak. Forum Indonesia untuk Transparansi Anggaran (Fitra) menilai, hal itu menodai rasa keadilan bagi pendidikan dasar.
Dalam keterangan tertulis Fitra yang diterima detikcom, Minggu (5/6/2011) menyebut, dari kebijakan anggaran Kementerian Pendidikan Nasional tahun 2011, Kemendiknas lebih mengutamakan pendidikan tinggi daripada pendidikan dasar, menengah atau pendidikan anak usia dini, non formal, dan informal.
"Ini terlihat pada tahun anggaran 2011 ini. Di mana, Kemendiknas mengalokasi anggaran paling tinggi anggaran kepada satuan kerja Ditjen Pendidikan Tinggi sebesar Rp 28 triliun," ujar Koordinator Investigasi dan Advokasi Uchok sky khadafi.
Sebagai perbandingan, untuk Ditjen Pendidikan Dasar dialokasikan Rp 12 triliun, Ditjen Pendidikan Menengah dialokasikan Rp 5 triliun dan Ditjen Pendidikan Anak Usia Dini, non formal, dan informal sebesar Rp 2,9 trilun.
"Alokasi anggaran untuk Ditjen Pendidikan Tinggi sebesar Rp 28 triliun terlalu besar dan mengorbankan Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah yang hanya menerima anggaran sebesar Rp 20 triliun. Padahal, untuk mendidik manusia yang cerdas dan berkarakter yang bermoral dan kebangsaan harus dimulai dari pendidikan dasar dan menengah bukan dari pendidikan tinggi," kritik Uchok.
Begitu tingginya anggaran untuk PT, menurut Fitra, telah menodai rasa keadilan bagi pendidikan dasar dan menengah. Hal ini dikarenakan jumlah PT di Indonesia yang masih sedikit, dan masih bisa dihitung dengan jari untuk setiap provinsi.
Selain itu, jumlah mahasiswa seluruh Indonesia sebanyak 4,8 juta orang saja. Sedangkan di level pendidikan dasar dan menengah, jumlah siswanya lebih banyak. Jumlah siswa SD saja berjumlah 27.384.329 orang, siswa SMP sebanyak 8.980.429 orang, dan siswa SMA sebanyak 3.857,245 orang. Untuk SMK, siswanya sejumlah 3.094.051 orang.
"Kalau siswa SD, SMP, SMA, dan SMK dijumlah, maka jumlah seluruh siswanya sebanyak 43.316.054 siswa," terang Uchok.
Fitra berpendapat, dengan kebijakan anggaran seperti ini, artinya pemerintah telah menelantarkan pendidikan dasar dan menengah, dan memanjakan PT. Padahal seharusnya pemerintah memprioritas guru-guru yang ada di tingkat pendidikan dasar dan menengah untuk bersekolah lebih tinggi. Hal ini dimaksudkan agar para guru lebih cerdas dalam memberikan pelajaran kepada siswa.
Untuk realisasi atau penyaluran Dana Alokasi Khusus (DAK) pendidikan yang diberikan kepada SD dan SMP, lanjut Uchok, Kemendiknas tidak memiliki data-data yang akurat terkait kebutuhan setiap sekolah setiap tahunnya. Hal ini bisa dilihat misalnya dari
sekolah minta komputer, tetapi Kemendiknas malah memberikan peta bumi.
Lalu ada juga sekolah yang berulang-ulang menerima bantuan DAK dari Kemendiknas, tetapi ada juga sekolah yang belum pernah menerima bantuan DAK. Bagi Fitra, kondisi ini sangat ironis. Padahal, alokasi anggaran DAK pada 2011 cukup besar, yakni sekitar Rp 10 triliun. Dari anggaran itu, jenjang SD/SDLB menerima DAK sebesar 80% atau Rp 8 triliun, dan jenjang SMP menerima DAK sebesar 20% atau Rp 2 triliun.
"Seknas Fitra meminta kepada Komisi X DPR, ketika melakukan rapat kerja dengan Kemendiknas agar meminta data-data yang akurat kepada Kemendiknas baik berupa ketika dalam proses perencanaan maupun dalam realisasi anggaran DAK pendidikan," kata Uchok.
Fitra berharap alokasi anggaran untuk PT diturunkan dan untuk pendidikan dasar-menengah dinaikkan. Kemendiknas pun diharapkan lebih transparan dalam penyaluran DAK.
Ayo kita kawal pendidikan bangsa... jangan sampai ikut terkena korupsi juga... bahasa nich masa depan anak cucu kita nanti...
Subscribe to:
Posts (Atom)